Selasa, 19 Agustus 2014

Kemenpora Menggerakkan Pemuda Lewat Program PSP3

Jakarta - Guna memajukan pedesaan dan memberdayakan pemuda sebagai penggerak pembangunan, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda, Kementrian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) kembali mengadakan program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (PSP3) untuk ke-23 kalinya.

Dalam rangka mendukung dan mensukseskan pelaksanaan program tersebut Kemenpora memberi pembekalan dari segi teknis, pengetahuan dan mentalitas bagi 811 pemuda terpilih yang berasal dari 33 provinsi di Indonesia melalui diklat yang diadakan selama 14 hari mulai 31 Agustus 2013 – 13 September 2013.

Diklat secara resmi dibuka secara seremonial oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga, Roy Suryo pada 3 September 2013 di Pusat Pembelajaran Rindam Jaya, Condet, Jakarta Timur, yang nantinya juga akan menjadi lokasi Diklat PSP3. Pembukaan turut dihadiri oleh Sekretaris Kemenpora Yuli Mumpuni Widarso, dan Deputi Bidang Pengembangan Pemuda MB Zubakhrum Tjenreng.

Pembangunan dan kemajuan desa merupakan salah satu kunci kemajuan bangsa dan negara. Namun sangat disayangkan pemuda-pemuda berusia produktif banyak yang lebih memilih berpindah ke kota-kota besar atau bahkan ke luar negeri karena pandangan bahwa kota besar dapat memberi harapan kehidupan yang lebih baik.

Hal ini menyebabkan desa-desa kehilangan daya dukung ekonominya. Pada akhirnya, semakin banyak penduduk desa yang kesulitan lapangan pekerjaan sehingga memilih migrasi, menjadi tenaga kerja asing, atau malahan menjadi buruh di ladang pertaniannya sendiri. Oleh karena itu melalui program yang telah dirintis sejak 1989 ini, para pemuda sarjana yang telah berhasil menuntut ilmu di kota-kota besar diajak untuk kembali ke desa dan menerapkan ilmu yang mereka miliki untuk memajukan pedesaan.

“Kami, Kemenpora, tanggap bahwa banyak sarjana yang belum mendapat penempatan kerja, dan banyak daerah yang kurang tenaga pendidik atau wirausahawan, ini yang kemudian kita support. Penting sekali untuk memiliki tenaga berkelas atau tenaga S1 yang ditempatkan di pedesaan,” ujar Roy Suryo saat ditemui di pembukaan diklat PSP3. “Pemilihan desa kami percayakan kepada Dinas Pemuda dan Olah Raga di setiap daerah, jadi lebih banyak unsur otonomi daerahnya. Kami hanya menerima laporan dari pemerintah daerah”, lanjut Roy.

Pola pelaksanaan program PSP3 kali ini berbeda dari yang sebelumnya. Apabila pada PSP3 angkatan sebelumnya para sarjana dilatih dan ditempatkan di daerah asal masing-masing, kali ini pelatihan dilaksanakan secara terpusat. Masing-masing sarjana juga akan ditempatkan dengan sistem lintas pulau dengan wilayah penempatan yang terbagi dalam 5 zona sehingga memungkinkan peserta untuk memahami pola kehidupan, tradisi dan budaya yang berbeda.

“PSP3 tahun ini lebih menarik dan menantang. Saya dari Surabaya akan ditempatkan di Papua sehingga lebih menantang, dengan pelatihan yang disatukan disini rasa kekeluargaan, saling tukar informasi dan memiliki NKRI benar-benar terasa, ” ujar Shodikin sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas 17 Agustus yang turut serta dalam program PSP3.

Nantinnya materi dalam Diklat akan diberikan oleh beberapa pengajar diantaranya dari Departemen Dalam Negri, Menteri Komunikasi dan Informasi, Tifatul Sembiring, Hari Tanusudibyo, dan Agus Harimurti Yudhoyono. Setiap peserta akan ditugaskan selama 2 tahun di daerah tujuan dan diberikan biaya hidup yang disesuaikan dengan daerah tempat bertugas. Setelah masa baktinya selesai para sarjana akan termasuk ke dalam Purna PSP3 dan dapat menjadi pembina PSP3 angkatan selanjutnya atau ditempatkan di Kementrian Pemuda dan Olah Raga.

Sumber : http://news.detik.com/read/2013/09/04/142223/2349128/794/kemenpora-menggerakkan-pemuda-lewat-program-psp3?nd772204btr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar