Jakarta - Guna memajukan pedesaan dan memberdayakan
pemuda sebagai penggerak pembangunan, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda,
Kementrian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) kembali mengadakan program
Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (PSP3) untuk ke-23
kalinya.
Dalam rangka mendukung dan mensukseskan pelaksanaan
program tersebut Kemenpora memberi pembekalan dari segi teknis,
pengetahuan dan mentalitas bagi 811 pemuda terpilih yang berasal dari 33
provinsi di Indonesia melalui diklat yang diadakan selama 14 hari mulai
31 Agustus 2013 – 13 September 2013.
Diklat secara resmi dibuka
secara seremonial oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga, Roy Suryo pada 3
September 2013 di Pusat Pembelajaran Rindam Jaya, Condet, Jakarta Timur,
yang nantinya juga akan menjadi lokasi Diklat PSP3. Pembukaan turut
dihadiri oleh Sekretaris Kemenpora Yuli Mumpuni Widarso, dan Deputi
Bidang Pengembangan Pemuda MB Zubakhrum Tjenreng.
Pembangunan
dan kemajuan desa merupakan salah satu kunci kemajuan bangsa dan negara.
Namun sangat disayangkan pemuda-pemuda berusia produktif banyak yang
lebih memilih berpindah ke kota-kota besar atau bahkan ke luar negeri
karena pandangan bahwa kota besar dapat memberi harapan kehidupan yang
lebih baik.
Hal ini menyebabkan desa-desa kehilangan daya dukung
ekonominya. Pada akhirnya, semakin banyak penduduk desa yang kesulitan
lapangan pekerjaan sehingga memilih migrasi, menjadi tenaga kerja asing,
atau malahan menjadi buruh di ladang pertaniannya sendiri. Oleh karena
itu melalui program yang telah dirintis sejak 1989 ini, para pemuda
sarjana yang telah berhasil menuntut ilmu di kota-kota besar diajak
untuk kembali ke desa dan menerapkan ilmu yang mereka miliki untuk
memajukan pedesaan.
“Kami, Kemenpora, tanggap bahwa banyak
sarjana yang belum mendapat penempatan kerja, dan banyak daerah yang
kurang tenaga pendidik atau wirausahawan, ini yang kemudian kita
support. Penting sekali untuk memiliki tenaga berkelas atau tenaga S1
yang ditempatkan di pedesaan,” ujar Roy Suryo saat ditemui di pembukaan
diklat PSP3. “Pemilihan desa kami percayakan kepada Dinas Pemuda dan
Olah Raga di setiap daerah, jadi lebih banyak unsur otonomi daerahnya.
Kami hanya menerima laporan dari pemerintah daerah”, lanjut Roy.
Pola pelaksanaan program PSP3 kali ini berbeda dari yang sebelumnya.
Apabila pada PSP3 angkatan sebelumnya para sarjana dilatih dan
ditempatkan di daerah asal masing-masing, kali ini pelatihan
dilaksanakan secara terpusat. Masing-masing sarjana juga akan
ditempatkan dengan sistem lintas pulau dengan wilayah penempatan yang
terbagi dalam 5 zona sehingga memungkinkan peserta untuk memahami pola
kehidupan, tradisi dan budaya yang berbeda.
“PSP3 tahun ini
lebih menarik dan menantang. Saya dari Surabaya akan ditempatkan di
Papua sehingga lebih menantang, dengan pelatihan yang disatukan disini
rasa kekeluargaan, saling tukar informasi dan memiliki NKRI benar-benar
terasa, ” ujar Shodikin sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas 17 Agustus yang turut serta dalam program PSP3.
Nantinnya materi dalam Diklat akan diberikan oleh beberapa pengajar
diantaranya dari Departemen Dalam Negri, Menteri Komunikasi dan
Informasi, Tifatul Sembiring, Hari Tanusudibyo, dan Agus Harimurti
Yudhoyono. Setiap peserta akan ditugaskan selama 2 tahun di daerah
tujuan dan diberikan biaya hidup yang disesuaikan dengan daerah tempat
bertugas. Setelah masa baktinya selesai para sarjana akan termasuk ke
dalam Purna PSP3 dan dapat menjadi pembina PSP3 angkatan selanjutnya
atau ditempatkan di Kementrian Pemuda dan Olah Raga.
Sumber : http://news.detik.com/read/2013/09/04/142223/2349128/794/kemenpora-menggerakkan-pemuda-lewat-program-psp3?nd772204btr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar