Jakarta, Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007-2013 menunjukkan adanya perbaikan status gizi masyarakat. Meski
begitu, masih ada masalah yang harus mendapat perhatian khusus yakni
anemia pada remaja putri dan ibu hamil, gizi kurang, gizi buruk,
stunting (balita pendek) dan bayi lahir dengan berat badan rendah.
Hal
tersebut disampaikan Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan
Kementerian PPN (Bappenas) Dra Nina Sardjunani, MA. Terutama, Nina
mengatakan stunting masih menjadi masalah gizi yang memprihatinkan.
"Karena
tinggi badan balita masih jauh dari standar yang ditetapkan WHO. Bahkan
Riskesdas tahun 2013 jumlah balita pendek mencapai 37 persen dan di
provinsi tertentu sampai 50 persen," kata Nina dalam 'Puncak Hari Gizi
Nasional ke-54' di Kantor Kemenkes, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan,
Selasa (25/2/2014).
Seperti diketahui bahwa masalah gizi bisa
mengganggu kemampuan kognitif dan produktivitas serta meningkatkan
risiko penyakit tidak menular pada anak-anak. Tak hanya itu, Nina juga
menekankan bahwa masalah gizi erat hubungannya dengan program Jaminan
Kesehatan Nasional.
Nina mengatakan bahwa sampai saat ini ada
sekitar 117 juta peserta JKN. Harus diakui pula kalau saat ini program
JKN lebih banyak bersifat kuratif dan rehabilitatif. Maka dari itu,
perlu pula ditingkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat preventif
seperti penanganan masalah gizi, kesehatan ibu dan anak, serta akses air
bersih.
"Dengan menerapkan gizi seimbang, masyarakat juga bisa
meningkatkan status gizi sehingga angka kejadian berbagai jenis penyakit
bisa diturunkan. Sehingga bisa dikatakan peningkatan status gizi
masyarakat jadi kunci keberhasilan JKN," papar Nina.
Salah satu
komponen terpenting untuk meningkatkan status gizi masyarakat yakni
adanya perbaikan gizi di 1000 hari pertama kehidupan yang harus
disiapkan sejak masa remaja putri pra nikah, kehamilan, dan anak sampai
usia dua tahun. "Saat ini impelmentasi nyata memperbaiki status gizi
masyarakan yakni mengatasi stunting di 11 provinsi dengan jumlah tujuh
ribu desa di 64 kabupaten.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri
Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan hal terpenting yang harus dilakukan
semua jajaran di berbagai sektor adalah bagaimana lewat buku pedoman
gizi seimbang, masyarakat bisa mendapatkan informasi dengan lebih mudah
dan bahasa yang user friendly serta benar-benar bisa dilaksanakan.
"Yang
penting adalah praktiknya, bagaimana pedoman itu bisa memenuhi
kebutuhan gizi setiap orang. Bagaimana kita menyampaikan pesan yang
sangat menarik supaya keluarga terpenuhi kebutuhan gizinya. Misalnya,
sekarang yang populer makanan di keluarga itu mi instan, nah gimana
caranya meyakinkan supaya dia mengurangi konsumsi mi instan," papar
Nafsiah.
Ia juga mengingatkan supaya para ahli tidak hanya
menggunakan hasil laboratorium sebagai tolak ukur tapi juga melihat
bagaimana kondisi masyarakat di lapangan supaya buku pedoman gizi
seimbang bisa diimplementasikan di lapangan.
Sumber : http://health.detik.com/read/2014/02/25/144601/2507819/763/bappenas-peningkatan-status-gizi-masyarakat-kunci-keberhasilan-jkn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar