Monrovia, Situasi di Liberia semakin panas. Penyerangan
ke pusat karantina pasien Ebola di West Point, Monrovia kembali terjadi
Rabu (20/8) pagi kemarin. Kali ini polisi bertindak tegas, mereka
menembak para demonstran dengan peluru tajam dan gas air mata.
"Para
polisi memang menembakkan peluru tajam, namun bukan ke arah warga
protes secara damai. Yang ditembak adalah warga yang melempari polisi
dengan batu. Sampai saat ini tidak ada laporan korban jiwa ataupun luka
dari warga," tutur juru bicara kepolisian Liberia, Dessaline Allison.
Penyerangan ini bukan yang pertama kalinya dilakukan oleh warga.
Reuters melaporkan bahwa dalam seminggu terakhir ada 2-3 kali
penyerangan ke pusat karantina yang dijaga oleh polisi ini. Namun
penyerangan kali ini yang paling parah.
Barry (45) salah satu
penduduk lokal West Point, mengatakan bahwa motif penyerangan warga
bersumber dari rasa takut akan Ebola. Pusat karantina yang didirikan
oleh pemerintah di daerah tersebut dikhawatirkan malah akan membuat
Ebola menular ke warga lokal.
"Terlebih lagi polisi memblokade
kawasan ini. Kami tidak bisa pergi kemana-mana, harga kebutuhan pokok
naik, dan tidak ada informasi apapun dari pihak berwenang soal blokade
dan isolasi ini," tutur Barry dikutip dari Reuters, Kamis (21/8/2014).
Pemerintah
Liberia sebelumnya memang memberlakukan jam malam di negaranya sebagai
salah satu bentuk pencegahan penularan Ebola. Sementara itu, isolasi
diberlakukan di West Point karena daerah tersebut memang memiliki rasio
penularan paling tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di
Liberia.
Data terbaru WHO mengatakan bahwa total korban Ebola
saat ini mencapai 1.350 orang dari 2.473 kasus. Liberia menjadi negara
dengan tingkat penularan kasus baru paling tinggi, dengan hampir 90
kematian terjadi dalam 2 minggu terakhir.
Sumber : http://health.detik.com/read/2014/08/21/112634/2668436/763/pusat-karantina-pasien-ebola-diserang-polisi-tembakkan-gas-air-mata?l992205755
Tidak ada komentar:
Posting Komentar