Jakarta, Pertumbuhan anak menjadi salah satu persoalan
di Indonesia. Tidak sedikit anak-anak di Indonesia mengalami pertumbuhan
yang tidak semestinya. Terhambatnya pertumbuhan anak bukan melulu
genetika, tapi kurangnya gizi dan aktivitas fisik.
Hal ini
disampaikan langsung oleh Moesijanti Soekatri, MCN, PhD, anggota dari
South East Asian Nutrition Suveys (SEANUTS). Menurutnya, pertumbuhan
anak Indonesia berdasarkan index berat badan berada dibawah tingkat
statistik minimum yang ditentukan oleh WHO.
"Bila dilihat
berdasarkan statistik WHO, tinggi dan berat badan rata-rata anak
Indonesia, baik di kota ataupun desa, berada dibawah minimumnya," tutur
Moesjianti pada acara Media Workshop "Nutrisi Terjangkau untuk Membantu
Penanganan Masalah Gizi Kurang pada Anak Usia Sekolah di Indonesia"
dalam rangka Peringatan Hari Gizi Nasional 2014, yang diadakan di Pabrik
Frisian Flag Indonesia, Jl. Raya Bogor, Ciracas, dan ditulis pada Kamis
(27/2/2014).
Wanita yang akrab disapa Moes ini menuturkan bahwa
bila hanya melihat keseluruhan data di Indonesia, tinggi badan anak
laki-laki di kota masih lebih baik dibanding di desa. Begitu juga dengan
anak perempuan, walaupun perbedaan yang ada tidak terlalu signifikan.
Jika
berhubungan dengan masalah berat badan, anak-anak yang tergolong kurus
itu sedikit lebih banyak berada di kota dibandingkan di desa.
Lantas,
apa yang menjadi penyebab kurang optimalnya pertumbuhan anak-anak
Indonesia? Moes menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh masih
kurangnya konsumsi gizi yang terjadi pada anak-anak.
"Jika
dikatakan genetik, itu hanya sebagian kecilnya. Yang juga tidak kalah
mempengaruhi adalah faktor-faktor lain, seperti konsumsi gizi dan
aktivitas fisik. Maka dari itu, penting untuk rajin mengonsumsi makanan
yang bergizi," ungkap Moes.
Dalam mengatasi masalah ini, Moes
menyarankan bahwa diperlukan perhatian yang sangat besar untuk tumbuh
kembang anak. "Masalah tumbuh kembang dapat dihilangkan pada 1.000 hari
awal kehidupan. Dan itu berlangsung sampai usia 2 tahun. Maka dari itu,
bagaimana anak tumbuh nantinya itu bisa ditentukan sejak dalam
kandungan. Bergantung pada ibunya," ungkap Moes.
Masalah
pertumbuhan pada anak akan banyak memberikan dampak negatif. Penurunan
kapasitas belajar dan pencapaian sekolah menjadi buruk merupakan
contoh-contoh dampak yang akan terjadi.
"Dampak lainnya,
perempuan pendek berisiko kematian bayi dan bahkan dirinya. Hal ini
terjadi jika anak yang dikandungnya ternyata memiliki ukuran yang besar
saat dikandung. Sedangkan untuk laki-laki, risikonya adalah income
produktivitasnya akan menurun," tutur Moes.
Sumber : http://health.detik.com/read/2014/02/27/081534/2509770/1301/bukan-genetik-pertumbuhan-anak-terhambat-karena-kurangnya-gizi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar